ž Pendahuluan
Sebagai salah satu faktor produksi,
keberadaan sumberdaya manusia tidak kalah pentingnya dengan sumberdaya lainnya
sebab secanggih apapun teknologi, tetaplah membutuhkan tenaga, kecerdasan, dan kepiawaian
tangan-tangan manusia untuk menciptakan dan mengoperasikannya.
ž
Pengertian SDM
Potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai
makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya
sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya
kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
ž
Masalah Sumberdaya Manusia
Kedua masalah tersebut menunjukan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja
dan rendahnya kualitas kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini
mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan
tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi
semakin meningkat. Sampai dengan tahun
2009 ada 626.621 angkatan kerja Indonesia lulusan perguruan tinggi yang belum
mampu terserap oleh lapangan kerja. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan
perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran
sarjana di Indonesia.
ž Pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan
2005-2009
Fenomena meningkatnya angka pengangguran
sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena pengangguran
sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam
menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini
kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai.
Sekarang bukan saatnya lagi bagi
Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Sudah seharusnya bangsa
Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang
dimiliki dengan kemampuan SDM yang
tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
ž Hambatan yang menjadi alasan orang tidak bekerja
Data dari Badan Pusat Statistik
menginformasikan bahwa sampai tahun 2008, masih terdapat 29,37% penduduk
Indonesia yang masih mengalami buta huruf. Dengan rincian 7,81% penduduk
berusia 15 tahun ke atas, 1,94% penduduk berusia 15 sampai 44 tahun dan 19,62%
yang berusia 45 tahun ke atas. Padahal usia tersebut tergolong sebagai usia
produktif.
ž Persentase penduduk buta huruf di Indonesia menurut kelompok umur
2003-2008
ž Proses pengembangan dalam pembentukan modal manusia menurut schultz:
ž Sasaran yang diharapkan dari rencana kerja pemerintah dalam upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia :
• 1. Meningkatnya akses dan pemerataan pada jenjang pendidikan dasar yang berkualitas bagi semua anak usia 7-15 tahun, yang ditandai dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Sederajat menjadi 117,15% (Angka Partisipasi Murni 2010 adalah 5,27%), dan APK SMP/MTs sederajat menjadi 99,26%.
• 1. Meningkatnya akses dan pemerataan pada jenjang pendidikan dasar yang berkualitas bagi semua anak usia 7-15 tahun, yang ditandai dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Sederajat menjadi 117,15% (Angka Partisipasi Murni 2010 adalah 5,27%), dan APK SMP/MTs sederajat menjadi 99,26%.
ž 5. Meningkatnta cakupan ibu hamil yang mendapatkan zat besi dan terlayaninya peserta KB baru sekitar 7,1 juta, yang 3,7 juta diantaranta adalah peserta KB baru miskin.
ž 6. Meningkatnya peserta KB aktif menjadi sekitar 26,7 juta peserta yang 11,9 juta di antaranya adalah peserta KB aktif miskin.
ž Upaya meningkatkan sdm melalui pendidikan
ž Upaya dari sisi kesehatan :
- Program obat dan perbekalan kesehatan
- Program upaya kesehatan perorangan
- Program pencegahan dan pemberantasan penyakit
- Program upaya kesehatan masyarakat
ž
Pengangguran Intelektual
Pada prinsipnya di semua negara di
dunia, hampir tidak ada tingkat pengangguran yang nihil atau nol persen.
Setidaknya di negara-negara yang dianggap pendapatan per kapita yang tinggi
seperti di sebagian kecil negara-negara kaya Timur Tengah, beberapa negara kaya
di Eropa Barat dan di Jepang, jumlah orang menganggur selalu ada, sekalipun
jumlahnya sedikit atau tingkat penganggurannya sangat rendah, di bawah tingkat
pengangguran alamiah yang berkisar antara satu sampai dengan tiga persen per
tahun.
Sementara permasalahan yang dihadapi
oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih rendahnya
tenaga kerja yang mampu diserap optimal ke dunia kerja, sehingga apabila
serapan tenagakerja dari angkatan kerja yang rendah, maka artinya semakin
tinggi pula tingkat pengangguran pada tahun tersebut.
Indonesia sebagai negara besar, di
samping memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah, juga memiliki
sumberdaya manusia dalam jumlah yang luar biasa. Apabila penduduk Indonesia
pada tahun 2015 diperkirakan berjumlah 245 juta jiwa dan diasumsikan usia yang
masuk kelompok angkatan kerja yang telah lulus sekolah, mulai dari orang-orang
yang berijazah SD sampai dengan Sarjana berjumlah enam puluh persen dari total
jumlah penduduk, maka jumlah angkatan kerja Indonesia pada tahun 2015 dapat
menyentuh angka 150 juta orang.
Jumlah angkatan kerja ini merupakan
suatu jumlah yang luar biasa dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi nasional
dari sisi penyediaan tenaga kerja yang akan dimanfaatkan oleh sektor fromal
seperti sektor industri maupun sektor pemerintah, sekaligus berpotensi menjadi
masalah ekonomi makronasional.
ž Permasalahan yang selalu muncul dalam membicarakan angkatan kerja
indonesia
Upaya mengendalikan ledakan pengangguran intelektual indonesia jangka
pendek :
Pertama; Calon pekerja yang berasal dari perguruan tinggi berlatarbelakang
ekonomi syariah harus lebih memerhatikan kriteria pekerjaan yang dibutuhkan
oleh lembaga keuangan syariah, terutama ketika akan menjadi tenaga profesional
di perbankan syariah maupun BMT yang jumlahnya sedang menanjak di Indonesia.
Permasalahan yang selama ini terjadi di
Indonesia adalah calon pekerja gagal memenuhi kriteria yang dibutuhkan lembaga
enduser akibat kelalaian calon pekerja yang hanya mengejar spekulasi atau
untung-untungan dalam proses seleksi kerja.
Kedua; Angkatan kerja yang baru lulus dari sekolah atau perguruan tinggi perlu
menambah bekal keilmuan di luar dari mayor ilmu yang dipelajari dari institusi
pendidikan yang mereka ambil selama duduk di bangku sekolah atau kuliah.
Sarjana yang hanya mengandalkan kemurahan hati
para pengguna jasa kerja, sulit terjadi saat ini, kecuali ada indikasi KKN
antara calon pekerja dan enduser. Oleh karena itu, seorang sarjana ekonomi
syariah perlu dilengkapi keterampilan bahasa asing (Arab dan Inggris) dan
penguasaan informasi teknologi.
Ketiga; Penguatan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) oleh
Pemerintah, melalui pembiayaan dari dana APBN dengan fasilitasi Kementrian
Koperasi dan UKM. Perbankan Syariah dapat dijadikan sebagai operator
pembiayaannya.
Sektor informal UMKM sebagai solusi
akhir yang akan dimasuki pencari kerja yang gagal masuk dalam persaingan sektor
industri formal dan sektor birokrasi. Para calon pencari kerja dari kalangan
sarjana harus memiliki reorientasi bahwa sarjana pun bisa memiliki penghasilan
dan status sosial yang cukup mapan, dengan berkarya sebagai wirausahawan muda.
ž
Sebagai Ilustrasi :
Jika setiap tahun lulusan sarjana S1 dan
pascasarjana di Indonesia rata-rata berjumlah 50 ribu orang dan yang terserap
di sektor indsutri formal dan birokrasi hanya 30% atau 15 ribu orang, maka
potensi untuk mengembangkan diri di sektor kewirausahaan yang mandiri tanpa
bergantung pada pihak lain sesungguhnya amatlah dominan, yaitu 70% atau 35 ribu
orang. Oleh karena itu, reorientasi dari para sarjana, termasuk sarjana ekonomi
untuk hanya berfokus untuk sekedar menjadi pekerja formal, harus diubah secara
terencana mulai dari sekarang.
ž Kesimpulan
Hampir di semua
negara-negara yang sedang berkembang, salah satu permasalahan yang menghambat
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mereka adalah masih lemahnya mutu
sumberdaya manusia (SDM) yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan masih
banyaknya faktor-faktor penghambat yang menghalangi upaya pengembangan SDM
tersebut.
Mutu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang buruk secara
langsung akan memengaruhi mutu pengelolaan sumberdaya alam (industrialisasi)
yang dimiliki. Oleh karenanya, jika ingin meningkatkan mutu SDM, pemerintah
harus meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat secara
berkelanjutan.
Sumber :
•
Buku; Masalah dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Prof Dr Didin S
Damanhuri dan Dr Muhammad Findi)
•
Buku; Ekonomi Makro (Sadono Sukirno)
Job Description
1. Simho
Simbolon
Pengertian SDM
2. Septi Yunita
Sari
Masalah SDM
3. Margugun S
Simanjuntak
Hambatan orang tidak bekerja
4. Intan Lestari
Putri
Proses Pengembangan menurut Schultz
5. Apriliani Tri
Hapsari
Sasaran yang diharapkan dari RKP
6. Baghis Dika
Al Fairis
Upaya meningkatkan kualitas SDM melalui
pendidikan
7. Mina Alisa
Upaya meningkatkan kualitas SDM melalui
kesehatan
8. Endah Dwi
Rahayu
Pengangguran Intelektual
9. Desi Glori
Natasya
Permasalahan dalam Angkatan Kerja
10. Nanda Dhita
Permatasari
Upaya mengendalikan ledakan pengangguran
intelektual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar