Senin, 23 Mei 2016

Tugas Perekonomian Indonesia (Kelompok 3) Word

ž Masalah dan Kebijakan Sumberdaya Manusia
ž Pendahuluan
        Sebagai salah satu faktor produksi, keberadaan sumberdaya manusia tidak kalah pentingnya dengan sumberdaya lainnya sebab secanggih apapun teknologi, tetaplah membutuhkan tenaga, kecerdasan, dan kepiawaian tangan-tangan manusia untuk menciptakan dan mengoperasikannya.

ž Pengertian SDM
        Potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.

ž Masalah Sumberdaya Manusia


Kedua masalah tersebut menunjukan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi semakin meningkat.    Sampai dengan tahun 2009 ada 626.621 angkatan kerja Indonesia lulusan perguruan tinggi yang belum mampu terserap oleh lapangan kerja. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.

ž  Pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2005-2009

      
          Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggung jawab. Fenomena pengangguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa. Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. 
           Sekarang bukan saatnya lagi bagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki  dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.

ž Hambatan yang menjadi alasan orang tidak bekerja

        Data dari Badan Pusat Statistik menginformasikan bahwa sampai tahun 2008, masih terdapat 29,37% penduduk Indonesia yang masih mengalami buta huruf. Dengan rincian 7,81% penduduk berusia 15 tahun ke atas, 1,94% penduduk berusia 15 sampai 44 tahun dan 19,62% yang berusia 45 tahun ke atas. Padahal usia tersebut tergolong sebagai usia produktif.

ž  Persentase penduduk buta huruf di Indonesia menurut kelompok umur 2003-2008

ž Proses pengembangan dalam pembentukan modal manusia menurut schultz:



ž       Sasaran yang diharapkan dari rencana kerja pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia :
     1. Meningkatnya akses dan pemerataan pada jenjang pendidikan dasar yang berkualitas bagi semua anak usia 7-15 tahun, yang ditandai dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Sederajat menjadi 117,15% (Angka Partisipasi Murni 2010 adalah 5,27%), dan APK SMP/MTs sederajat menjadi 99,26%.

    2.   Meningkatnya akses terhadap pendidikan menengah dan tinggi yang ditandai dengan meningkatnya APK SMA/SMK/MA/sederajat menjadi 7,3% dan APK perguruan tinggi (PT) menjadi 19,4%.

    3.  Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta seluruh penduduk miskin dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya serta di kelas III rumah sakit.

ž    4.  Meningkatnya cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan.

   ž 5.  Meningkatnta cakupan ibu hamil yang mendapatkan zat besi dan terlayaninya peserta KB baru sekitar 7,1 juta, yang 3,7 juta diantaranta adalah peserta KB baru miskin.

   ž 6.  Meningkatnya peserta KB aktif menjadi sekitar 26,7 juta peserta yang 11,9 juta di antaranya adalah peserta KB aktif miskin.

ž Upaya meningkatkan sdm melalui pendidikan


ž Upaya dari sisi kesehatan :
  1. Program obat dan perbekalan kesehatan
  2. Program upaya kesehatan perorangan
  3. Program pencegahan dan pemberantasan penyakit
  4. Program upaya kesehatan masyarakat


ž Pengangguran Intelektual
              Pada prinsipnya di semua negara di dunia, hampir tidak ada tingkat pengangguran yang nihil atau nol persen. Setidaknya di negara-negara yang dianggap pendapatan per kapita yang tinggi seperti di sebagian kecil negara-negara kaya Timur Tengah, beberapa negara kaya di Eropa Barat dan di Jepang, jumlah orang menganggur selalu ada, sekalipun jumlahnya sedikit atau tingkat penganggurannya sangat rendah, di bawah tingkat pengangguran alamiah yang berkisar antara satu sampai dengan tiga persen per tahun.
       
             Sementara permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah masih rendahnya tenaga kerja yang mampu diserap optimal ke dunia kerja, sehingga apabila serapan tenagakerja dari angkatan kerja yang rendah, maka artinya semakin tinggi pula tingkat pengangguran pada tahun tersebut.
       
           Indonesia sebagai negara besar, di samping memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah, juga memiliki sumberdaya manusia dalam jumlah yang luar biasa. Apabila penduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan berjumlah 245 juta jiwa dan diasumsikan usia yang masuk kelompok angkatan kerja yang telah lulus sekolah, mulai dari orang-orang yang berijazah SD sampai dengan Sarjana berjumlah enam puluh persen dari total jumlah penduduk, maka jumlah angkatan kerja Indonesia pada tahun 2015 dapat menyentuh angka 150 juta orang.
        
                Jumlah angkatan kerja ini merupakan suatu jumlah yang luar biasa dan berpotensi menjadi kekuatan ekonomi nasional dari sisi penyediaan tenaga kerja yang akan dimanfaatkan oleh sektor fromal seperti sektor industri maupun sektor pemerintah, sekaligus berpotensi menjadi masalah ekonomi makronasional.

ž Permasalahan yang selalu muncul dalam membicarakan angkatan kerja indonesia

Upaya mengendalikan ledakan pengangguran intelektual indonesia jangka pendek :
Pertama; Calon pekerja yang berasal dari perguruan tinggi berlatarbelakang ekonomi syariah harus lebih memerhatikan kriteria pekerjaan yang dibutuhkan oleh lembaga keuangan syariah, terutama ketika akan menjadi tenaga profesional di perbankan syariah maupun BMT yang jumlahnya sedang menanjak di Indonesia.
             Permasalahan yang selama ini terjadi di Indonesia adalah calon pekerja gagal memenuhi kriteria yang dibutuhkan lembaga enduser akibat kelalaian calon pekerja yang hanya mengejar spekulasi atau untung-untungan dalam proses seleksi kerja.
Kedua; Angkatan kerja yang baru lulus dari sekolah atau perguruan tinggi perlu menambah bekal keilmuan di luar dari mayor ilmu yang dipelajari dari institusi pendidikan yang mereka ambil selama duduk di bangku sekolah atau kuliah.
             Sarjana yang hanya mengandalkan kemurahan hati para pengguna jasa kerja, sulit terjadi saat ini, kecuali ada indikasi KKN antara calon pekerja dan enduser. Oleh karena itu, seorang sarjana ekonomi syariah perlu dilengkapi keterampilan bahasa asing (Arab dan Inggris) dan penguasaan informasi teknologi.

Ketiga; Penguatan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) oleh Pemerintah, melalui pembiayaan dari dana APBN dengan fasilitasi Kementrian Koperasi dan UKM. Perbankan Syariah dapat dijadikan sebagai operator pembiayaannya.
             Sektor informal UMKM sebagai solusi akhir yang akan dimasuki pencari kerja yang gagal masuk dalam persaingan sektor industri formal dan sektor birokrasi. Para calon pencari kerja dari kalangan sarjana harus memiliki reorientasi bahwa sarjana pun bisa memiliki penghasilan dan status sosial yang cukup mapan, dengan berkarya sebagai wirausahawan muda.
ž 
Sebagai Ilustrasi :
       Jika setiap tahun lulusan sarjana S1 dan pascasarjana di Indonesia rata-rata berjumlah 50 ribu orang dan yang terserap di sektor indsutri formal dan birokrasi hanya 30% atau 15 ribu orang, maka potensi untuk mengembangkan diri di sektor kewirausahaan yang mandiri tanpa bergantung pada pihak lain sesungguhnya amatlah dominan, yaitu 70% atau 35 ribu orang. Oleh karena itu, reorientasi dari para sarjana, termasuk sarjana ekonomi untuk hanya berfokus untuk sekedar menjadi pekerja formal, harus diubah secara terencana mulai dari sekarang.

ž Kesimpulan
                    Hampir di semua negara-negara yang sedang berkembang, salah satu permasalahan yang menghambat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mereka adalah masih lemahnya mutu sumberdaya manusia (SDM) yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan masih banyaknya faktor-faktor penghambat yang menghalangi upaya pengembangan SDM tersebut.
           Mutu pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan yang buruk secara langsung akan memengaruhi mutu pengelolaan sumberdaya alam (industrialisasi) yang dimiliki. Oleh karenanya, jika ingin meningkatkan mutu SDM, pemerintah harus meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat secara berkelanjutan.




Sumber :
      Buku; Masalah dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Prof Dr Didin S Damanhuri dan Dr Muhammad Findi)
      Buku; Ekonomi Makro (Sadono Sukirno)



Job Description
1. Simho Simbolon
                Pengertian SDM
2. Septi Yunita Sari
                  Masalah SDM
3. Margugun S Simanjuntak
                 Hambatan orang tidak bekerja
4. Intan Lestari Putri
                 Proses Pengembangan menurut Schultz
5. Apriliani Tri Hapsari
                Sasaran yang diharapkan dari RKP
6. Baghis Dika Al Fairis
                Upaya meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan
7. Mina Alisa
                Upaya meningkatkan kualitas SDM melalui kesehatan
8. Endah Dwi Rahayu
                Pengangguran Intelektual
9. Desi Glori Natasya
                Permasalahan dalam Angkatan Kerja
10. Nanda Dhita Permatasari
                Upaya mengendalikan ledakan pengangguran intelektual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar